PROSES PENCARIAN JATI DIRI REMAJA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak. Masa ini merupakan masa yang
labil. Perkembangan dari masa
kanak-kakak menuju masa remaja melewati garis-garis yang berganda. Manusia
adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan berubah
atau berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang. Didalam
perkembangan ini, peranan orang tua dan lingkungan tempat anak tumbuh akan
sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian dimasa mendatang. Tingkah laku
individu secara bertahap menjadi semakin kurang memadai sampai dengan
berkembanganya kesadaran tentang diri.
Status masa remaja dalam kisaran umur 17-25 tahun merupakan status yang
memerlukan pembinaan dan pemupukan jati diri, sebagai wahana untuk menumbuhkan
nilai, persepsi, dan sikap yang positif serta produktif dalam menjalani
lintasan kehidupan selanjutnya. Bagi sebagian besar remaja, selama mengalami
status ini dinamika kehidupan modernitas telah mewarnai mereka dengan gaya
hidup, atribut kelompok yang menjadi panutan, dan perilaku konsumsi produksi /
jasa yang menjadi ikon ekspresi diri.
Selama masa remaja ini berlangsung, di kalangan remaja akan muncul banyak
masalah yang mengincar kehidupan para remaja. Permasalahan remaja itu tergolong
permasalahan yang paling kompleks di dunia. Mulai dari masalah pacar, masalah
sekolah, masalah pergaulan, masalah penampilan dan lain sebagainya. Namun,
permasalahan tersebut sebenarnya adalah sebuah proses pencarian jati diri yang
nantinya bakal menjadi sebuah sebab dari kedewasaan. Pada masa pencarian jati diri, setiap individu berusaha menemukan dan
menanyakan identitas dirinya.
Seorang
remaja harus berkaca pada dirinya sendiri. Selain itu, remaja diusia ini harus
belajar dan memilih ideologi yang benar dari berbagai ideologi yang telah
disodorkan padanya. Selain untuk proses mengenal diri, masa remaja juga
merupakan proses untuk mengenal Sang Pencipta. Di masa remaja, seseorang dapat
mengarungi tangga kehidupan dengan mudah dan energik, maka perlu berpikir
sebelum bertindak dan bermusyawarah orang penyayang serta berpandangan luas
hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya. Karena remaja yang
tidak berhasil menemukan jati dirinya dengan baik, maka pada masa dewasa kelak
tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada individu yang sudah
dewasa, namun tingkah lakunya masih bersifat kekanak-kanakan. Tidak semua orang
dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip hidup yang jelas dan rasional.
B.
Identifikasi Masalah
1.
Pengertian
jati diri.
2.
Cara mendapatkan
jati diri yang baik.
3.
Pengembangan
jati diri remaja.
4.
Psikologi
perkembangan remaja.
5.
Kritis jati
diri remaja.
6.
Peran
orangtua.
C.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jati diri?
2.
Bagaimana cara
mendapatkan jati diri yang baik?
3.
Bagaimana
pengembangan jati diri remaja?
4.
Apa penyebab
kritis jati diri?
5.
Apa peran
orangtua dalam proses pencarian jati diri?
D.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah memberi pengetahuan dan informasi
kepada para pembaca, khususnya remaja mengenai proses pencarian jati diri, agar
mereka menemukan jati diri yang baik.
E.
Manfaat Penulisan
Penulisan
karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada remaja bahwa jati
diri itu penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang
sosok dirinya. Selain itu, karya ilmiah ini juga memberikan pengetahuan, peran
orangtua sangat penting dalam proses pencarian jati diri remaja.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Jati Diri
Masa remaja
adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan
sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa
percaya diri. Masa pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan
dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang.
Secara
singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya. Ada beberapa pengertian
secara luas, yaitu sebagai berikut :
1.
Jati diri
adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami dengan kronologi tertentu.
2.
Jati diri
adalah suatu proses penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang
terpancar dari hati nurani melalui mata hati.
3.
Jati diri
adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
4.
Jati diri
adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya gerak
dari dalam.
Menurut psikologi anak dan remaja
dari Empati Development Center, Dra. Roslina Verauli, MPsi, “Identitas
diri sebetulnya cara bagaimana seseorang melihat dirinya, identitas diri juga
dikenal dengan istilah konsep diri.”
Dari beberapa uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa, jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran
kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan
hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita.
B.
Cara Mendapatkan Jati Diri yang Baik
Supaya
remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang
didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka
hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.
Belajar
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan
mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam
mengarungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam
kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab agama adalah jalan untuk
menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan
mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada
akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki.
2.
Berfikir
Ilmu adalah
alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada
kadar pemikiran seseorang. Dengan kata
lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi
yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi
setiap kejadian dan problematika kehidupan.
3.
Iman
Yang
dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam
semesta dan menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya. Semakin
kuat keimanan seseorang, maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai
dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya
menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi
dan memiliki pelindung.
4.
Berbuat baik
Berbuat baik
menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana
disinggung dalam Al Qur’an bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan
penyempurnaan berbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui
dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan
baik dan juga terhadap ilmu serta iman. Karena untuk itu, perbuatan yang
terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi
orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Dengan
meningkatkan dasar iman, kiranya dapat menjadi modal penting bagi seseorang
untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi berbagai perubahan penting
kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.
C.
Pengembangan Jati Diri Remaja
Ada beberapa
pokok pemikiran yang melandasi perlunya pembinaan dan pengembangan jati diri
remaja, antara lain :
1.
Jati diri
remaja selaku generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting untuk
dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang
dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa. Rasa memiliki kebangsaan yang
terpatri dikalangan remaja akan menumbuhkan persepsi dan sikap berbangsa yang
tangguh atas pentingya menjunjung martabat keberadaan bangsanya sendiri
dihadapkan pada atmosfir globalisasi yang diwarnai dengan persaingan antar
bangsa di dunia, yang merambah tanpa sekat. Kepekaan dan kewaspadaan atas potensi infiltrasi budaya
dan perilaku yang dapat merusak jati diri bangsa, melemahkan daya saing bangsa,
dan bahkan cenderung mengeksploitasi sumber daya bangsa, harus dapat dipahami
oleh remaja.
2.
Jati diri
remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun
masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai
akibat mengikuti arus gaya hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus
dapat digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri
sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan masa depan bangsa yang lebih baik.
3.
Jati diri
remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan gagasan
untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat
di lingkungannya. Kepekaan sosial merupakan elemen jati diri yang penting
untuk dibina dan dikembangkan bagi remaja, bahkan sepatutnya kepekaan sosial
ini harus diasah dan ditumbuhkan sejak dini, dalam membentuk tatanan hidup
bermasyarakat dan berbangsa yang bermartabat.
D.
Psikologi Perkembangan Remaja
Dunia
psikologi sangatlah luas dan menarik dikaji dan dikembangkan, melihat dari sisi
psikologi perkembangan remaja. Psikologi perkembangan remaja dapat dipisahkan
dengan pengkategorian melalui kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh
remaja, tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja.
Penjabarannya sebagai berikut :
1.
Sejumlah
kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari
perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum
remaja, antara lain :
a.
Variasi
kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia akan terlihat perdiam, cemberut, dan
mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, yaitu
periang dan berseri-seri.
b.
Rasa ingin
tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.
c.
Membolos.
d.
Perilaku
anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam, dan agresif.
e.
Penyalahgunaan
obat bius.
f.
Psikosis.
2.
Tuntutan
psikologis masa remaja
a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkan secara
efektif.
b.
Remaja dapat
memperoleh kebebasan emosional dari orang lain.
c.
Remaja mampu
bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
d. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri.
e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.
3.
Periodisasi
perkembangan masa remaja
Pada umumnya masa remaja dapat
dibagi dalam dua periode yaitu :
a.
Periode masa
puber usia 12-18 tahun
1)
Masa pra
pubertas = peralihan dari masa kanak-kanak ke masa awal pubertas
Cirinya :
-
Anak mulai
bersikap kritis.
- Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
2)
Masa
pubertas usia 14-16 tahun = masa remaja awal
Cirinya :
-
Mulai cemas
dan bingung tentang perubahan fisiknya
-
Memperhatikan
penampilan.
- Sikapnya tidak menentu / plin plan.
- Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.
-
Mulai adanya
mimpi basah.
3)
Masa akhir
pubertas usia 17-18 tahun + peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen
Cirinya :
-
Pertumbuhan
fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai
sepenuhnya.
-
Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri
lebih awal daripada remaja pria.
4)
Periode masa
remaja adolesen usia 19-20 tahun (merupakan masa akhir remaja)
Cirinya :
-
Perhatiannya
tertutup pada hal-hal realistis.
-
Mulai
menyadari akan realita.
-
Sikapnya
mulai jelas tentang hidup.
- Mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan kondisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa remaja, merupakan masa dimana seseorang
atau manusia dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan
yang sebenarnya pada akhirnya serta masa remaja merupakan masa yang sangat
penting dalam pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi
perkembangan remaja dapat dikatakan faktor yang sangat berperan di dalamnya.
E.
Krisis Jati Diri
Saat ini,
banyak sekali para remaja yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu
harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan
yang mewarnai mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah
kebenaran mereka masing-masing. Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang
mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami benuk jati diri itu sendiri
dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka
malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat didalamnya. Krisis jati
diri seringkali disebabkan oleh :
1.
Merasa
hidupnya selalu diatur
Seringkali
kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang
lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama.
Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut,
dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita
mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari
aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban
kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang.
2.
Mengejar
penghargaan dari lingkungan
Pendapat
bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi
yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum
tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk
pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang,
itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola
pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan
sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal
menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis
jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang
belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
3. Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak
jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak
enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya
salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu
harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari
kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga
nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada
jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah
berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.
F.
Peran Orangtua
Masa remaja
adalah masa di mana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan
sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa
percaya diri. Masa pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting.
Untuk itu peran orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa
ini dengan membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam.
Peran orangtua bisa dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan
mengenali bakat serta potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali
temperamen dan kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya dan mampu memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari
bakat yang dimilikinya, menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa
cita-cita. Orangtua bisa membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus memberi nilai-nilai
kehidupan (living values) yang
positif.
Umumnya,
yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa
dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai,
pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain
disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang
disekitarnya.
Menurut
praktisi emotional intelligence parenting,
Hanny Muchtar Darta El PSYCH-K SET dari Radani Emotional Intellegence Center,
“Peran orangtua dalam masa-masa pencarian jati diri anak adalah sebagai
pendukung (supporter) atau pemberi
motivasi (motivator) serta sebagai
pelatih”.
Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orangtua
hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri dan
berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya
yang tinggal menunggu untuk ditemukan akan dikembangkan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
1.
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu kegiatan
mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpilkan apa adanya
tanpa ada perlakuan ataupun dalam proses penelitiannya.
2.
Studi
pustaka yaitu penilitiaan dengan menggunakan bahan bacaan sebagai sumbernya.
B.
Populasi dan Sampel
Dalam
penelitian ini, saya mengambil populasi siswa kelas XI SMA N 1 Sewon. Sampel
yang saya ambil adalah kelas XI IPA 1 sampai dengan XI IPA 5 yang masing-masing
kelas diambil dua orang siswa.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner, yaitu dengan
daftar pertanyaan berupa angket.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada proses
pencarian jati diri ini, para remaja
dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Namun, berdasarkan hasil
penelitian yang berkaitan dengan pencarian jati diri pada remaja, kebanyakan
remaja tidak memiliki rasa percaya diri saat berada di depan umum. Ini dikarenakan para remaja belum mengetahui dan menerima kemampuan diri
sendiri. Dengan rasa yang tidak percaya diri ini, para remaja akan merasa bahwa
dirinya tidak ada artinya dimata orang lain. Padahal, sesungguhnya dalam diri
mereka mempunyai bakat yang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Hanya saja
para remaja masih dalam proses untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang ia
miliki. Karena semua orang itu pasti punya bakat-bakat tertentu. Mulai dari
sekarang para remaja harus belajar meyakini diri sendiri bahwa mereka mampu dan
bisa menjadi orang yang lebih berguna.
Selain itu, peningkatan rasa percaya diri ini bertujuan agar para remaja tidak
mudah terpengaruh oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama terhadap
hal-hal buruk. Karena kunci untuk menuntun kita pada jati diri yang baik adalah
dengan membiarkan nurani kita hidup dan jangan pernah berhenti mempertanyakan
kebermanfaatan hidup kita.
Masa remaja
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Mulai masalah pacar, sekolah sampai
dengan masalah pergaulan. Namun, pada umumya para remaja tidak mau cerita
kepada orangtuanya ketika mereka mempunyai suatu masalah, baik masalah pacar
ataupun sekolah. Akibatnya, para remaja berusaha mencari solusi sendiri untuk
memecahkan masalahnya, tanpa tahu yang dilakukannya itu benar ataukah masih
salah. Selain itu, para remaja lebih memilih memendam masalahnya rapat-rapat
dalam hati. Padahal, cara yang seperti itu malah akan membuat hidupnya terasa
tidak nyaman dan gelisah. Pada masa remaja ini, pertumbuhan fisik memang sudah
mulai matang, akan tetapi kedewasaan psikologinya masih belum tercapai
sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan saran orangtua untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi remaja. Namun, kebanyakan remaja malu dan gengsi
untuk bercerita tentang masalah asmara. Padahal, orangtua disamping sebagai
ayah dan ibu kita, mereka juga bisa dijadikan sebagai sahabat yang baik untuk
bercerita.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jati diri
adalah suatu proses untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa
ini, para remaja ditutut untuk memiliki percaya diri agar mereka tidak
terpengaruh oleh prinsip orang-orang di sekitar mereka. Masa remaja adalah masa
penuh pergolakan pemikiran, namun Karena pondasi dasar pemikiran disaat itu
belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan maslah. Masa
remaja merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai
perubahan serta perkembangan jasmani, pemikiran, kejiwaan, pengalaman baru,
suka menyendiri dan juga ingin bebas. Maka, ragu-ragu, was-was dan kritis
terhadap berbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat
alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja,
dimana mereka ingin memantapkan dan membangun
pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi. Agar para remaja
mendapatkan jati diri yang baik, maka mereka harus memperhatikan hal-hal
berikut ini :
1.
Belajar.
2.
Berpikir.
3.
Iman.
4.
Berbut baik.
5.
Rasa percaya
diri.
Jati diri remaja adalah hal penting
untuk dibangun, karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang
dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan rasa percaya
diri itu faktor penting untuk membangun masa depan yang gemilang.
B.
Saran
Membentuk
dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk
itu peran orang tua sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang
baik. Pemahaman yang diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak
akan membantu anak mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta
menghadapi tantangan kehidupan berupa tantangan karier dan lain sebagainya.
Selain itu, orangtua harus berperan sebagai pendukung (supporter) dan pemberi motivasi (motivator).
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar