PROSES PENCARIAN JATI DIRI REMAJA







BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak. Masa ini merupakan masa yang labil. Perkembangan dari masa kanak-kakak menuju masa remaja melewati garis-garis yang berganda. Manusia adalah organisme yang pada waktu lahir adalah makhluk biologis, akan berubah atau berkembang menjadi individu yang egonya selalu berkembang. Didalam perkembangan ini, peranan orang tua dan lingkungan tempat anak tumbuh akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian dimasa mendatang. Tingkah laku individu secara bertahap menjadi semakin kurang memadai sampai dengan berkembanganya kesadaran tentang diri.

Status masa remaja dalam kisaran umur 17-25 tahun merupakan status yang memerlukan pembinaan dan pemupukan jati diri, sebagai wahana untuk menumbuhkan nilai, persepsi, dan sikap yang positif serta produktif dalam menjalani lintasan kehidupan selanjutnya. Bagi sebagian besar remaja, selama mengalami status ini dinamika kehidupan modernitas telah mewarnai mereka dengan gaya hidup, atribut kelompok yang menjadi panutan, dan perilaku konsumsi produksi / jasa yang menjadi ikon ekspresi diri.
Selama masa remaja ini berlangsung, di kalangan remaja akan muncul banyak masalah yang mengincar kehidupan para remaja. Permasalahan remaja itu tergolong permasalahan yang paling kompleks di dunia. Mulai dari masalah pacar, masalah sekolah, masalah pergaulan, masalah penampilan dan lain sebagainya. Namun, permasalahan tersebut sebenarnya adalah sebuah proses pencarian jati diri yang nantinya bakal menjadi sebuah sebab dari kedewasaan. Pada masa pencarian jati diri, setiap individu berusaha menemukan dan menanyakan identitas dirinya.
Seorang remaja harus berkaca pada dirinya sendiri. Selain itu, remaja diusia ini harus belajar dan memilih ideologi yang benar dari berbagai ideologi yang telah disodorkan padanya. Selain untuk proses mengenal diri, masa remaja juga merupakan proses untuk mengenal Sang Pencipta. Di masa remaja, seseorang dapat mengarungi tangga kehidupan dengan mudah dan energik, maka perlu berpikir sebelum bertindak dan bermusyawarah orang penyayang serta berpandangan luas hingga ia tidak tergelincir dalam pencarian jati dirinya. Karena remaja yang tidak berhasil menemukan jati dirinya dengan baik, maka pada masa dewasa kelak tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada individu yang sudah dewasa, namun tingkah lakunya masih bersifat kekanak-kanakan. Tidak semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip hidup yang jelas dan rasional.

B.       Identifikasi Masalah
1.      Pengertian jati diri.
2.      Cara mendapatkan jati diri yang baik.
3.      Pengembangan jati diri remaja.
4.      Psikologi perkembangan remaja.
5.      Kritis jati diri remaja.
6.      Peran orangtua.

C.      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan jati diri?
2.      Bagaimana cara mendapatkan jati diri yang baik?
3.      Bagaimana pengembangan jati diri remaja?
4.      Apa penyebab kritis jati diri?
5.      Apa peran orangtua dalam proses pencarian jati diri?

D.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah memberi pengetahuan dan informasi kepada para pembaca, khususnya remaja mengenai proses pencarian jati diri, agar mereka menemukan jati diri yang baik.

E.       Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada remaja bahwa jati diri itu penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya. Selain itu, karya ilmiah ini juga memberikan pengetahuan, peran orangtua sangat penting dalam proses pencarian jati diri remaja.































BAB II
KAJIAN TEORI

A.      Pengertian Jati Diri
Masa remaja adalah masa dimana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas adalah masalah yang sangat penting, dan dalam masa ini melibatkan peran dari banyak orang.
Secara singkat, arti jati diri adalah kamu yang sebenarnya. Ada beberapa pengertian secara luas, yaitu sebagai berikut :
1.      Jati diri adalah kepribadian yang muncul pada diri seseorang secara alami  dengan kronologi tertentu.
2.      Jati diri adalah suatu proses penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui mata hati.
3.      Jati diri adalah suatu pengetahuan tentang siapa kita sebenarnya.
4.      Jati diri adalah ciri-ciri atau gambaran seseorang yang dilihat dari jiwa dan daya gerak dari dalam.
Menurut psikologi anak dan remaja dari Empati Development Center,     Dra. Roslina Verauli, MPsi, “Identitas diri sebetulnya cara bagaimana seseorang melihat dirinya, identitas diri juga dikenal dengan istilah konsep diri.”
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, jati diri adalah ekspresi batin mengenai tempat dan peran kita di dunia ini, guna menemukan arti kehidupan yang hakiki, sebagai tuntunan hidup dalam menemukan kebahagiaan sejati di hidup kita.

B.       Cara Mendapatkan Jati Diri yang Baik
Supaya remaja dapat memahami jati dirinya dengan benar dan menemukan hakikat yang didambakannya serta tercerahkan dalam sistem pendidikan yang tepat, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.      Belajar
Menuntut ilmu merupakan kewajiban mutlak bagi setiap remaja. Ilmu yang luas merupakan mutiara yang paling berharga bagi pemuda yang dapat membantunya dalam mengarungi kehidupan yang benar. Pengetahuan adalah instrumen penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, membaca kitab-kitab agama adalah jalan untuk menambah dan memantapkan akidah. Manusia yang kurang pengetahuan tidak akan mampu mengetahui tugas dan kewajiban yang Tuhan bebankan padanya dan pada akhirnya ia tidak dapat memahami makna kehidupan yang hakiki.
2.      Berfikir
Ilmu adalah alat untuk memahami banyak hal, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kemampuan memahami dan menjawab problematika kehidupan sangat tergantung kepada kadar pemikiran seseorang. Dengan kata lain, kekuatan dan keluasan berpikir seseorang akan menempatkannya pada posisi yang mulia. Jadi, berpikir secara sehat adalah pembimbing ideal dalam mengatasi setiap kejadian dan problematika kehidupan.
3.      Iman
Yang dimaksud dengan iman adalah keyakinan hati terhadap keberadaan pencipta alam semesta dan menerima serta mentaati segala perintah dan firman-Nya. Semakin kuat keimanan seseorang, maka manifestasinya semakin jelas dalam berbagai dimensi wujud manusia. Oleh karena itu, barangsiapa yang dalam kehidupannya menempatkan Tuhan sebagai pengawasnya maka ia semakin percaya diri, termotivasi dan memiliki pelindung.
4.      Berbuat baik
Berbuat baik menjadikan manusia mudah dalam meraih tujuan dan cita-citanya sebagaimana disinggung dalam Al Qur’an bahwa perbuatan baik menyebabkan perkembangan dan penyempurnaan berbagai potensi orang mukmin yang terpendam. Kita mengetahui dengan baik bahwa pendidikan agama memiliki pengaruh kuat terhadap perbuatan baik dan juga terhadap ilmu serta iman. Karena untuk itu, perbuatan yang terbaik adalah mengamalkan kewajiban agama kita, dan hendaknya kita memotivasi orang lain untuk berbuat baik dan mencegah dari perbuatan amoral. Dengan meningkatkan dasar iman, kiranya dapat menjadi modal penting bagi seseorang untuk mendapatkan jalan yang benar dalam menghadapi berbagai perubahan penting kehidupan dengan tawakal kepada Allah sehingga ia berhasil meraih tujuannya.

C.      Pengembangan Jati Diri Remaja
Ada beberapa pokok pemikiran yang melandasi perlunya pembinaan dan pengembangan jati diri remaja, antara lain :
1.      Jati diri remaja selaku generasi muda penerus bangsa, jati diri ini penting untuk dibangun karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai insan bangsa. Rasa memiliki kebangsaan yang terpatri dikalangan remaja akan menumbuhkan persepsi dan sikap berbangsa yang tangguh atas pentingya menjunjung martabat keberadaan bangsanya sendiri dihadapkan pada atmosfir globalisasi yang diwarnai dengan persaingan antar bangsa di dunia, yang merambah tanpa sekat. Kepekaan dan  kewaspadaan atas potensi infiltrasi budaya dan perilaku yang dapat merusak jati diri bangsa, melemahkan daya saing bangsa, dan bahkan cenderung mengeksploitasi sumber daya bangsa, harus dapat dipahami oleh remaja.
2.      Jati diri remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki percaya diri untuk membangun masa depan yang gemilang. Kegamangan dan kegelisahan remaja yang muncul sebagai akibat mengikuti arus gaya hidup, kelompok panutan, dan konsumerisme harus dapat digantikan dengan kesadaran mempersiapkan dan menumbuhkan kompetensi diri sehingga timbul keyakinan diri mampu dan membentuk kehidupan  masa depan bangsa yang lebih baik.
3.      Jati diri remaja selaku insan muda yang sepatutnya memiliki kepekaan sosial dan gagasan untuk melakukan rekayasa sosial masyarakat di lingkungannya. Kepekaan sosial merupakan elemen jati diri yang penting untuk dibina dan dikembangkan bagi remaja, bahkan sepatutnya kepekaan sosial ini harus diasah dan ditumbuhkan sejak dini, dalam membentuk tatanan hidup bermasyarakat dan berbangsa yang bermartabat.
D.      Psikologi Perkembangan Remaja
Dunia psikologi sangatlah luas dan menarik dikaji dan dikembangkan, melihat dari sisi psikologi perkembangan remaja. Psikologi perkembangan remaja dapat dipisahkan dengan pengkategorian melalui kesulitan-kesulitan yang sering dialami oleh remaja, tuntutan psikologi untuk remaja serta periode pada saat kita remaja. Penjabarannya sebagai berikut :
1.      Sejumlah kesulitan yang dialami kaum remaja merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini. Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
a.       Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia akan terlihat perdiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya, yaitu periang dan berseri-seri.
b.      Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat.
c.       Membolos.
d.      Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam, dan agresif.
e.       Penyalahgunaan obat bius.
f.       Psikosis.
2.      Tuntutan psikologis masa remaja
a.       Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkan secara efektif.
b.      Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang lain.
c.       Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
d.      Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri.
e.       Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.
3.      Periodisasi perkembangan masa remaja
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu :
a.       Periode masa puber usia 12-18 tahun
1)      Masa pra pubertas = peralihan dari masa kanak-kanak ke masa awal pubertas
Cirinya :
-    Anak mulai bersikap kritis.
-    Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
2)      Masa pubertas usia 14-16 tahun = masa remaja awal
Cirinya :
-    Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
-    Memperhatikan penampilan.
-    Sikapnya tidak menentu / plin plan.
-    Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.
-    Mulai adanya mimpi basah.
3)      Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun + peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen
Cirinya :
-    Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
-     Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal daripada remaja pria.
4)      Periode masa remaja adolesen usia 19-20 tahun (merupakan masa akhir remaja)
Cirinya :
-    Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis.
-    Mulai menyadari akan realita.
-    Sikapnya mulai jelas tentang hidup.
-    Mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa masa remaja, merupakan masa dimana seseorang atau manusia dalam proses menuju pencarian jati diri di masa awal kehidupan yang sebenarnya pada akhirnya serta masa remaja merupakan masa yang sangat penting dalam pembentukan jati diri seseorang, oleh karenanya psikologi perkembangan remaja dapat dikatakan faktor yang sangat berperan di dalamnya.


E.       Krisis Jati Diri
Saat ini, banyak sekali para remaja yang mengalami krisis jati diri. Mereka tidak tahu harus bersikap, berprinsip, berharap dan berbuat apa di tengah arus kehidupan yang mewarnai mereka dengan keragaman pola pikir yang menawarkan sebuah kebenaran mereka masing-masing. Banyak sekali para remaja hanyut dalam apa yang mereka sebut pencarian jati diri, tanpa memahami benuk jati diri itu sendiri dalam kehidupan. Hasilnya, beberapa dari mereka malah kehilangan jati diri mereka dan terus tersesat didalamnya. Krisis jati diri seringkali disebabkan oleh :
1.      Merasa hidupnya selalu diatur
Seringkali kita merasa hidup kita selalu dijalani dengan aturan yang dibuat oleh orang lain, entah itu orang tua kita, guru kita, norma masyarakat dan agama. Hasilnya, yang tumbuh malah pembangkangan terhadap semua aturan tersebut, dengan alasan mencari jati diri. Kita beranggapan bahwa jati diri kita mengatakan “tidak” pada semua aturan itu. Padahal hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, yang perlu kita lakukan adalah mencari nilai kebenaran dari aturan yang ada, sembari menimbang kembali proporsi antara hak dan kewajiban kita dalam sistem kehidupan yang kita jalani sekarang.
2.      Mengejar penghargaan dari lingkungan
Pendapat bahwa jati diri seringkali dibentuk oleh lingkungan bisa jadi bumerang bagi yang mengutarakannya. Karena lingkungan kita juga belum tentu menemukan jati diri mereka. Yang benar, lingkungan menawarkan sebentuk pola pikir yang sering hadir dikehidupan seseorang, sosial jati diri seseorang, itu menolaknya atau mengikuti pola pikir lingkungan. Itulah yang mengubah pola pikir seseorang. Jadi, lebih tepat untuk dikatakan bahwa lingkungan memberikan sebuah pertanyaan untuk dijawab oleh jati diri seseorang. Bila seseorang gagal menjawabnya dengan cara yang baik, maka orang tersebut akan mengalami krisis jati diri dan hanya mengejar pengakuan atas nilai-nilai dari orang lain yang belum tentu telah menemukan jati dirinya seumur hidupnya.
3.      Memiliki pandangan sempit dan terbatas dalam kehidupan
Ini adalah penyebab krisis jati diri paling krusial untuk diberantas. Tidak jarang kita hanya menerima kehidupan dalam 3 golongan, yaitu hidup enak, tidak enak dan biasa-biasa saja. Sekalipun penggolongan tersebut tidaklah sepenuhnya salah, akan tetapi perameter yang digunakannya sering kali menyesatkan, yaitu harta. Jadi, cara paling cepat untuk menemukan jati diri adalah dengan mencari kebenaran yang tanpa cacat, bukan hanya terlihat baik saat ini, tapi juga nanti, sampai kita keliang lahat sekalipun. Dan kunci untuk menuntun kita pada jati diri adalah dengan membiarkan nurani kita hidup, dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.

F.       Peran Orangtua
Masa remaja adalah masa di mana mereka melalui proses pencarian jati diri, kerap diartikan sebagai identitas diri, pada masa itu para remaja dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Masa pencarian identitas diri adalah masa yang sangat penting. Untuk itu peran orangtua sangat penting membantu mereka menghadapi masa-masa ini dengan membantu mereka mengenali dirinya secara mendalam.
Peran orangtua bisa dilakukan dengan memberikan stimulasi, menemukan dan mengenali bakat serta potensi anak. Orangtua juga bisa membantu anak mengenali temperamen dan kepribadiannya agar ia bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu memecahkan masalah. Anak juga dituntut mulai menyadari bakat yang dimilikinya, menyadari bahwa ia akan punya tujuan hidup berupa cita-cita. Orangtua bisa membantunya dengan mengenalkan model atau tokoh idolanya. Orangtua juga harus memberi nilai-nilai kehidupan (living values) yang positif.
Umumnya, yang terjadi di masa ini adalah anak memperoleh pemahaman tentang seperti apa dirinya, melalui aktivitas yang ia lakukan, prestasi yang ia capai, pengembangan diri yang ia lalui, hingga hubungan bersama orang lain disekitarnya. Misalnya saja seperti apa dirinya menurut teman-teman dan orang disekitarnya.
Menurut praktisi emotional intelligence parenting, Hanny Muchtar Darta El PSYCH-K SET dari Radani Emotional Intellegence Center, “Peran orangtua dalam masa-masa pencarian jati diri anak adalah sebagai pendukung (supporter) atau pemberi motivasi (motivator) serta sebagai pelatih”.
Di masa remaja, anak-anak sedang senang bereksperimen, dan orangtua hanyalah mengarahkan bukan menentukan anak. Bantu anak mengenali diri dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan akan dikembangkan.



  





















BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
1.      Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu kegiatan mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpilkan apa adanya tanpa ada perlakuan ataupun dalam proses penelitiannya.
2.      Studi pustaka yaitu penilitiaan dengan menggunakan bahan bacaan sebagai sumbernya.

B.       Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, saya mengambil populasi siswa kelas XI SMA N 1 Sewon. Sampel yang saya ambil adalah kelas XI IPA 1 sampai dengan XI IPA 5 yang masing-masing kelas diambil dua orang siswa.

C.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner, yaitu dengan daftar pertanyaan berupa angket.





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada proses pencarian jati diri ini, para remaja  dituntut untuk memiliki rasa percaya diri. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang berkaitan dengan pencarian jati diri pada remaja, kebanyakan remaja tidak memiliki rasa percaya diri saat berada di depan umum. Ini dikarenakan para remaja belum mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri. Dengan rasa yang tidak percaya diri ini, para remaja akan merasa bahwa dirinya tidak ada artinya dimata orang lain. Padahal, sesungguhnya dalam diri mereka mempunyai bakat yang sangat dibutuhkan oleh orang lain. Hanya saja para remaja masih dalam proses untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang ia miliki. Karena semua orang itu pasti punya bakat-bakat tertentu. Mulai dari sekarang para remaja harus belajar meyakini diri sendiri bahwa mereka mampu dan bisa menjadi  orang yang lebih berguna. Selain itu, peningkatan rasa percaya diri ini bertujuan agar para remaja tidak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, terutama terhadap hal-hal buruk. Karena kunci untuk menuntun kita pada jati diri yang baik adalah dengan membiarkan nurani kita hidup dan jangan pernah berhenti mempertanyakan kebermanfaatan hidup kita.
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Mulai masalah pacar, sekolah sampai dengan masalah pergaulan. Namun, pada umumya para remaja tidak mau cerita kepada orangtuanya ketika mereka mempunyai suatu masalah, baik masalah pacar ataupun sekolah. Akibatnya, para remaja berusaha mencari solusi sendiri untuk memecahkan masalahnya, tanpa tahu yang dilakukannya itu benar ataukah masih salah. Selain itu, para remaja lebih memilih memendam masalahnya rapat-rapat dalam hati. Padahal, cara yang seperti itu malah akan membuat hidupnya terasa tidak nyaman dan gelisah. Pada masa remaja ini, pertumbuhan fisik memang sudah mulai matang, akan tetapi kedewasaan psikologinya masih belum tercapai sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan saran orangtua untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi remaja. Namun, kebanyakan remaja malu dan gengsi untuk bercerita tentang masalah asmara. Padahal, orangtua disamping sebagai ayah dan ibu kita, mereka juga bisa dijadikan sebagai sahabat yang baik untuk bercerita.




BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Jati diri adalah suatu proses untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya. Pada masa ini, para remaja ditutut untuk memiliki percaya diri agar mereka tidak terpengaruh oleh prinsip orang-orang di sekitar mereka. Masa remaja adalah masa penuh pergolakan pemikiran, namun Karena pondasi dasar pemikiran disaat itu belum begitu kuat, maka ia rentan menghadapi banyak ancaman dan maslah. Masa remaja merupakan masa-masa yang sangat sensitif dan penuh gelora yang disertai perubahan serta perkembangan jasmani, pemikiran, kejiwaan, pengalaman baru, suka menyendiri dan juga ingin bebas. Maka, ragu-ragu, was-was dan kritis terhadap berbagai masalah penting dalam kehidupan merupakan hal yang sangat alami dan positif bagi orang-orang yang baru berkembang alias para remaja, dimana mereka ingin memantapkan dan membangun  pondasi keyakinannya berdasarkan argumentasi. Agar para remaja mendapatkan jati diri yang baik, maka mereka harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1.      Belajar.
2.      Berpikir.
3.      Iman.
4.      Berbut baik.
5.      Rasa percaya diri.
Jati diri remaja adalah hal penting untuk dibangun, karena remaja memerlukan pemahaman tentang sosok dirinya yang dilahirkan dan dibesarkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan rasa percaya diri itu faktor penting untuk membangun masa depan yang gemilang.

B.       Saran
Membentuk dan membangun jati diri merupakan hal yang sangat sulit dan penuh resiko.Untuk itu peran orang tua sangat diperlukan untuk pembentukan jati diri remaja yang baik. Pemahaman yang diberikan orangtua di masa pengembangan diri ini, kelak akan membantu anak mengenali dirinya, beradaptasi dengan lingkungan serta menghadapi tantangan kehidupan berupa tantangan karier dan lain sebagainya. Selain itu, orangtua harus berperan sebagai pendukung (supporter) dan pemberi motivasi (motivator).




DAFTAR PUSTAKA






Komentar

Postingan Populer